MAKALAH DASAR-DASAR MIPA
“HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA”
DISUSUN OLEH
NAMA : SUSIANA SILABAN
NIM : A1C311032
DOSEN
PENGAMPU :Dra. JUFRIDA M.Si
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas Limpahan Rahmat dan Karunia-Nya jualah sehingga Makalah yang
berjudul “Rendahnya prestasi siswa dalam
pendidikan indonesia” dapat terselesaikan. Saya
menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan,
maupun dalam penyusunan. Namun, saya mengharapkan semoga makalah saya ini dapat
memberikan tambahan pengetuahuan bagi pembaca. Oleh karena itu,saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah kami ini.
Jambi , Desember 2012
penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR
ISI........................................................................................................................3
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah......................................................................................4
1.2Rumusan Masalah ..............................................................................................7
1.3Tujuan Penulisan.................................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian status
ekonomi orang tua...................................................................9
2.2
pengertian prestasi belajar...................................................................................10
2.3
mutu (kualitas) pendidikan di Indonesia saat ini...................................................12
2.4 faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa.............................................13
2.5 faktor sosial ekonomi orangtua mempengaruhi
prestasi belajar siswa...............13
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................24
3.2 Saran ...................................................................................................................24
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Seperti
biasanya di dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar
merupkan kegiatan paling cocok dilakukan oleh siswa. Hal ini berarrti bahwa
berhasil tidaknya suatu tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Dalam kegiatan
sehari hari di sekolah sering di hadapkan pada kenyataan bahwa walaupun siswa
diberi pelajaran ioleh guru dengan bahan pelajaran, waktu, tempat dan metode pembelajaran
yang sama namun hasil yang diperoleh berbeda-beda.
Hal
itu disebabkan karena banyak siswa yang mengalami hambatan-hamabatan dalam
belajar, baik dari dalam individu maupun dari luar individu, salah satu faktor
yang berasal dari luar individu adalah lingkungan keluarga. Seperti yang
dikemukakan oleh Mohamad Surya (1973:18) bahwa ”berhasil tidaknya suatu
pembuatan ata proses belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
kematangan dan lingkungan keluarga”.
Dengan
hal tersebut, kehidupan keluarga dan pengaruh sosial Ekonomi perkembangan baik
anak selanjutnya karena keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang
mempunyai peranan penting dalam menentukan dan membina proses perkembangan
anak. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bahwa masalah yang dialami
siswa di sekolah merupakan akibat atau lanjutan dari situasi lingkungan
keluarga.
Berdasarkan
penjelasan diatas disimpulkan bahwa pengaruh sosial Ekonomi mempunyai peranan
penting dalam pencapaian prestasi belajar anak
Seperti yang diketahui bahwa, saat ini dunia sedang
mengalami resesi ekonomi. Hal ini tentu memberikan dampak yang cukup signifikan
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Menurut Iman Sugema (2008) mengemukakan bahwa resesi ekonomi yang
kini melanda Amerika Serikat, juga gejolak keuangan di beberapa belahan dunia,
tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Pemerintah harus waspada dan
antisipatif karena resesi ekonomi Amerika Serikat kemungkinan akan semakin paran
sehingga bisa berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri. Di
sisi lain, faktor keuangan di beberapa belahan dunia yang lain kini juga
bergejolak dan potensial berimbas ke mana-mana, termasuk ke Indonesia. Fakta
ini menunjukkan bahwa status perekonomian suatu negara sangat berpengaruh
terhadap kehidupan seseorang. Permasalah ekonomi tersebut saling berpengaruh
dan berdampak pada pendidikan anak-anak mereka.
Coteman (Hasan, 2002;10) mengemukakan masalah ekonomi
bahwa :
Di beberapa Negara berkembang banyak menyoroti masalah
perbedaan tingkat pencapaian hasil belajar antara sekolah, yakni perbedaan
latar belakang sosial ekonomi anak didik yang akan menyebabkan perbedaan sosial
cultural yang besar pada sekolah, yang akan mendorong pada perkembangan sekolah
untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Kondisi tersebut dapat
menghambat pada sebagian orang tua untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
pendidikan di sekolah. Jumlah pendapatan orang tua secara keseluruhan sangat
mempengaruhi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab seseorang, lebih-lebih
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam proses pendidikan”.
Menyongsong era globalisasi yang akan datang yang tak
terelakkan dewasa ini, pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin melakukan berbagai
upaya untuk lebih mengutamakan pendidikan. Upaya tersebut hampir mencakup
segala komponen pendidikan, seperti perubahan kurikulum, pengadaan buku
pelajaran dan sarana belajar lainnya. Penyempurnaan sistem pendidikan, penataan
organisasi dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan peningkatan pendidikan.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sanjaya, 2006 : 65) yang
berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Sebegitu jauh tujuan pendidikan tersebut, maka secara
umum siswa dilatih untuk terampil mengembangkan penalaran, terutama dalam ilmu
pengetahuan. Setiap manusia mempunyai aktifitas-aktifitas yang telah membudaya
maksud membudaya di sini adalah aktivitas-aktivitas atau perilaku-perilaku yang
bereksistensi secara micro atau dalam kaitan yang kecil. Dan khusus dipandang
sebagai insan pelajar yang hidup dalam struktur sosial yang micro yakni
keluarga dan latar belakang interaksi-interaksi sosialnya yang berlangsung
Pendidikan selalu berkenaan dengan pembinaan manusia,
maka keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada unsur manusianya. Unsur
manusia yang penting atau yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah
pelaksanaan pendidikan itu sendiri yaitu guru. Gurulah ujung tombak pendidikan,
sebab guru secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan
kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan mempunyai moral
yang tinggi.
Peningkatan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berkaitan dalam satu sistem, di mana satu sama lainnya
tidak boleh mengalami ketimpangan. Oleh karena itu, dalam lingkup sekolah
diharapkan terjadi pola hubungan yang serasi antara beberapa bagian seperti
keberadaan guru, sarana dan prasarana belajar, keadaan ekonomi siswa,
lingkungan sekitar sekolah, dan kebijakan pemerintah. Salah satu komponen
pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah komponen siswa
sebagai salah satu komponen penting dalam kemajuan pendidikan, merupakan
sekelompok orang yang dijadikan subyek belajar dan dapat dijadikan ukuran dalam
menilai peningkatan pendidikan pada bangsa dan negara.
Meningkatnya prestasi belajar yang diperoleh siswa
dapat diukur dari nilai hasil belajar yang dicapainya. Hasil belajar yang
diperoleh siswa pada suatu jenjang pendidikan dapat dijadikan dasar sebagai
indikator untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran pada jenjang
sebelumnya. Dalam skala yang lebih kecil misalnya sekelompok siswa sebagai subyek
belajar merupakan sesuatu hal yang sangat memegang peranan penting dalam
keberhasilan pendidikan diukur dengan nilai atau angka.
Siswa yaitu manusia yang hidup dalam satu lingkungan
sosial yang micro atau kecil yaitu keluarga. Peranan keluarga sebagai
pendorong perkembangan pengetahuan individu dipengaruhi oleh interaksi
sosialnya yang dinamis, dan status sosial ekonomi keluarga. Jika perekonomian
cukup, lingkungan material yang dihadapi siswa dalam keluarganya itu lebih
luas, maka ia dapat kesempatan yang luas pula untuk mengembangkan berbagai
kecakapannya. Termasuk di dalamnya menu-menu makanan guna kesehatan yang baik,
serta sikapnya terhadap lingkungan keluarga, hubungan dengan orang tua dan
saudaranya yang dinamis dan wajar.
Faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar dapat digolongkan menjadi dua, golongan, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern dapat diartikan sebagai faktor dari dalam
individu, sebagai peranan utama sebagai subyek belajar, seperti kesehatan,
kenormalan tubuh, minat, watak. Faktor intern sangat perlu mendapatkan
perhatian bagi peningkatan prestasi belajar. Sedangkan faktor ekstern seperti
faktor keluarga dan lingkungan. Faktor keluarga dapat berupa keadaan atau
kondisi ekonomi orang tua atau keluarga siswa. Peranan ekonomi orang tua secara
umum dapat dikatakan mempunyai hubungan yang positif terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa ini disebabkan proses belajar mengajar siswa membutuhkan
alat-alat atau seperangkat pengajaran atau pembelajaran, di mana alat ini untuk
memudahkan siswa dalam mendapatkan informasi, pengelolaan bahan pelajaran yang
diperoleh dari sekolah.
Keadaan ekonomi orang tua siswa turut mendukung siswa
dalam pengadaan sarana dan prasarana belajar, yang akan memudahkan dan membantu
pihak sekolah untuk peningkatan proses belajar mengajar. Seperangkat pengajaran
atau pembelajaran membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perangkat belajar
mengajar maksudnya buku-buku pelajaran, pensil, penggaris, buku-buku Lembar
Kerja Soal (LKS), penghapus, dan lain-lain.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.Apa
pengertian status ekonomi orang tua?
2.Apa
pengertian prestasi belajar?
3.Bagaimana
mutu (kualitas) pendidikan di Indonesia?
4. apa saja faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa ?
5.Bagaimana
faktor sosial ekonomi orangtua mempengaruhi
prestasi belajar siswa?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.Mendeskripsikan
pengertian status ekonomi orang tua
2.
Mendeskripsikan pengertian prestasi
belajar
3.Mendeskripsikan
mutu (kualitas) pendidikan di Indonesia saat ini.
4.
Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa
5. Mendeskripsikan faktor sosial ekonomi orangtua mempengaruhi
prestasi belajar siswa
1.4.
MAMFAAT MAKALAH
Dengan makalah ini
insyaAllah semua yang membaca dan mendengar bisa tahu apa yang menjadi
Permasalahan-permasalahan Sarana Pendidikan,dari Penyebab Masalah Sarana
Pendidikan,apa yang harus dilakukan dalam Mengatasi masalah sarana Pendidikan
demi untuk perkembangan pendidikan ke depan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN STATUS EKONOMI ORANG TUA
Sebelum
membahas tentang status ekonomi orang tua, terlebih dahulu penjulis akan
menjelaskan mengenai pengertian ekonomi. Istilah ekonomi ituberasal dari bahasa
Yunani, oikonomia. Kata tersebut merupakan turunan daridua kata, yakni oikos
dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkannomos berarti mengatur. Jadi
arti asli oikonomia adalah mengatur rumahtangga.Kemudian arti asli tersebut
berkembang menjadi arti baru, sejalandengan perkembangan ekonomi menjadi suatu
ilmu. Kini sebagai ilmu,ekonomi berarti pengetahuan yang tersusun menurut cara
yang runtut dalamrangka mengatur rumah tangga. Rumah tangga di sini bukanlah
dalam artisempit, melainkan menunjuk pada kelompok sosial yang dapat
dianggapsebaga suatu rumah tangga. Kelompok sosial ini dapat berwujud
perusahaan,kota, bahkan Negara. Berarti dalam pengertiannya yang luas, rumah
tanggamenunjuk pada kesatuan kelompok manusia yang hidup menurut norma dantata
aturan tertentu .Para ahli mendefinisikan ekonomi bermacam-macam, diantaranyasebagai
berikuta. Menurut Paul Anthoni SamuelIlmu ekonomi adalah studi mengenai
cara-cara membina manusiadan masyarakat dalam menentukan/menjatuhkan pilihannya
dengan/tanpamenggunakan sumber produktif langka yang mempunyai
penggunaanalternatif.b. Menurut Alfred MarshallIlmu ekonomi adalah suatu studi
tentang manusia dalam urusanhidup yang biasa.c. Menurut George soulYang
dimaksud dengan ekonomi adalah pengetahuan sosial yangmempelajari tingkah laku
manusia dalam kehidupan masyarakatkhususnya dengan usaha memenuhi kebutuhan
dalam rangka mencapaikemakmuran dan kesejahteraan.
Akan
tetapi yang paling terkenal dari sekian banyak definisi ataubatasan ilmu
ekonomi adalah menyebutkan bahwa, ilmu ekonomi adalahsalah satu cabang ilmu
pengetahuan yang berdaya upaya untukmemberikan pengetahuan dan pengertian
tentang gejala-gejala masyarakatyang timbul karena perbuatan manusia dalam
usahanya untuk memenuhikebutuhan atau mencapai kemakmuran. Dengan demikian
ekonomi itu sendiri adalah suatu gejala-gejalamasyarakat yang timbul karena
perbuatan manusia dalam usahanya untukmemenuhi kebutuhan atau mencapai
kemakmuran.Sedangkan Roucek dan Warren (1962: 60) mengartikan status
ataukedudukan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompoksosial.
Dengan kata lain status ekonomi adalah tempat atau posisi seseorangdalam suatu
kelompok sosial dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannyadan mencapai
kemakmuaran.Adapun yang dimaksud dengan status ekonomi orang tua adalahtempat
atau posisi orang tua dalam suatu kelompok sosial dalam rangka untukmemenuhi
kebutuhannya dan mencapai kemakmuaran.
2.2 PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR
2.2.1.
Pengertian Belajar
Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar,
terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar
pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya, namun demikian selaku mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap
orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam
dirinya.
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah
“suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”
2.2.2
Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan
keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil
tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya
untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh
karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang
beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut
ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar
adalah menyerap oengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada
suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian
prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian
belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang
berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang
berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi
belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu
“hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa
“prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah:
“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan
bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau
rendahnya prestasi belajar siswa.
2.3 KEADAAN PRESTASI BELAJAR SISWA NDONESIA
Dengan
keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development
Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia
secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development
Report 2004.
Di
dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177
negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia
berada jauh di bawahnya.
Dalam
skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA
(Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di
Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada
peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong),
74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Selain
itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science
Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara
peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk
IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia
Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas
terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan
ke-75.
2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR
SISWA
Sebagaimana sudah dijelaskan pada bagian terdahulu
bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk
menghadapkan pada suatu perubahan ke arah yang lebih maju. Kegiatan belajar
akan berjalan dengan lancar jika didukung oleh faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang yang mengalami hambatan dalam usahanya untuk memenuhi suatu gejala
atau obyek yang sedang atau yang akan dipelajari jika terjadi hal yang
sebaliknya, maka seseorang yang melakukan kegiatan belajar dapat dikatakan
gagal dalam memahami gejala atau obyek sehingga usaha belajarnya tidak mampu
membawa ke arah perubahan yang diharapkan.
Slameto (1991:54 ) mengatakan bahwa dalam melakukan
kegiatan belajar ada banyak faktor yang mempengaruhinya, namun secara
mendasarkan faktor tersebut dapat dibagi dalam cakupan besar faktor ekstern dan
intern.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada
dasarnya dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern:
- Faktor intern adalah faktor yang bersumber dari dalam individu. Faktor-faktor yang bersifat intern yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar misalnya: cacat fisik alat indera, sakit atau gangguan kesehatan lainnya. Sedangkan psikis misalnya: motivasi, konsentrasi, minat, bakat serta kecenderungan lingkungan belajar dan lain-lain.
- Faktor ekstern adalah faktor yang bersumber dari luar diri individu, seperti pengaruh sarana, dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum di sekolah dan lain-lain.
Slameto (1991:54-60) menguraikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi belajar siswa. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
2.5 FAKTOR SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada
pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di
sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan
walikota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala
sekolah dan ada staf sekolah. Di RT atau RW kita ada orang kaya, orang biasa
saja dan ada orang miskin.
Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan
tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik,
keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin,
usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga
membedakan manusia yang satu dengan yang lain.
Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan
memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial
(pembeda-bedaan).
Menurut Ralph Linton Status sosial adalah sekumpulan
hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang
memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur
masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.
Selanjutnya Menurut Barger Kelas sosial adalah
stratifikasi sosial Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi
pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman
sekarang sangat mempengaruhi kekayaan atau perekonomian individu.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan
oleh setiap individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dianggap
cukup berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah adalah
faktor sosial ekonomi atau faktor keadaan ekonomi.
Slameto (1991:65) menjelaskan bahwa: keadaan ekonomi
keluarga erat hubungannya dengan hasil belajar anak. Kebutuhan-kebutuhan anak harus
terpenuhi adalah : makanan, pakaian, kesehatan, dan fasilitas belajar seperti
ruang belajar, meja, kursi, penerangan, buku-buku. Fasilitas belajar ini hanya
dapat terpenuhi jika orang tuanya mempunyai cukup uang.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan
anak kurang terpenuhi akibatnya kesehatan anak kurang terganggu sehingga
belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain adalah anak selalu dirundung
kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, ini pasti mengganggu
prestasi belajar anak.
Dari kutipan yang diungkap oleh Slameto jelas
memberikan perbandingan gambaran antara siswa yang berada dalam kehidupan orang
tua yang cukup mampu secara ekonomi akan mendukung atau mendorong bahkan dapat
mengacu prestasi belajar seorang siswa jika dibandingkan dengan siswa yang
berada dalam lingkungan keluarga yang kurang mampu. Siswa yang hidup di
lingkungan keluarga di mana secara ekonomi orang tuanya dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, karena tidak dapatlah dipungkiri bahwa salah satu yang mendukung
kelancaran siswa menghadapi proses belajar adalah apabila terpenuhi
kebutuhannya dalam hal ekonomi dalam menunjang prestasi belajar.
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa ruang lingkup status sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan dan
tingkat pekerjaan (pendapatan) karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada
zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan atau perekonomian individu.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan
oleh setiap individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dianggap
cukup berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah adalah
faktor sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
jumlah tanggungan dalam keluarga.
1) Tingkat pendidikan
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003, tentang pembaharuan sistem pendidikan nasional, pembaharuan dimaksud
adalah memperbaharui visi, misi dan strategis pembangunan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memperdayakan semua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Pendidikan nasional mempunyai misi antara lain:
- Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
- Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
- Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
- Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global
- Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional
tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pembaharuan sistem pendidikan memerlukan strategi
tertentu. Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini
meliputi:
1) Pelaksanaan
pendidikan agama serta akhlak mulia.
2) Pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.
3) Proses pembelajaran
yang mendidik dan dialogis.
4) Evaluasi, akreditas,
dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan.
5) Peningkatan
keprofesionalan pendidik dan tenaga ke pendidikan.
6) Penyediaan sarana
belajar yang mendidik.
7) Pembiayaan pendidikan
yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan.
8) Penyelenggaraan
pendidikan yang terbuka dan merata;
9) Pelaksanaan wajib
belajar.
10) Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan.
11) Pemberdayaan perang masyarakat.
12) Pusat pembudayaan dan pembangunan
masyarakat.
13) Pelaksanaan pengawasan dalam sistem
pendidikan nasional.
Dengan strategi tersebut diharapkan visi, misi, dan
tujuan pendidikan nasional dapat terwujud secara efektif dengan melibatkan
berbagai pihak secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Pembaruan sistem
pendidikan Nasional perlu pula disesuaikan dengan pelaksanaan otonomi daerah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia.
Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pada pasal 15. Mengemukakan keseluruhan
pendidikan antara lain:
a) Pendidikan umum
merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan
yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
b) Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidan tertentu.
c) Pendidikan akademik
merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
d) Pendidikan profesi
merupakan pendidikan tinggi setelah sarjana yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
e) Pendidikan lokasi
merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program
sarjana.
f) Pendidikan
keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama dan / atau menjadi ahli ilmu agama.
g) Pendidikan khusus
merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara
inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan menengah.
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah yang diselenggarakan dalam bentuk-bentuk perguruan tinggi, seperti
akademik, Politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.
Menurut peraturan pemerintah Nomor 30 Tahun 1990
Tentang pendidikan tinggi seperti, mengemukakan tujuan pendidikan sebagai
berikut:
- Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memeliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan. Mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
- Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi tersebut.
Lembaga pendidikan tinggi di Indonesia melaksanakan tiga misi Tridarma
pendidikan tinggi di Indonesia yaitu misi pendidikan, penelitian dan pengkajian
di bidang IPTEK, serta memberikan pengabdian kepada masyarakat bagi kemanusiaan
dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Dalam proses pendidikan tersebut akan nampak
pengaruhnya yang nyata dalam tingkah laku. Keterampilan dan pengetahuan.
Apabila telah memperoleh pendidikan maka di dalam dirinya telah terjadi proses
perubahan dan pembudayaan yang akan meningkatkan harkat dan martabat sebagai
manusia. Perubahan ini akan meningkat kualitasnya sebagai sumber daya manusia
dan sekaligus akan menambah kemampuan memperbaiki mutu hidupnya dan
kesejahteraan keluarganya. Di lain pihak pendidikan tidak hanya untuk
mengembangkan pribadi tetapi bersifat lebih luas yaitu untuk mengembangkan
masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya keluarga.
Sektor pendidikan khususnya pendidikan formal. Memegang peranan yang penting.
Karena pendidikan berusaha untuk memanusiakan manusia. Sewajarnyalah jika ahli
filsafat Imanuel Kant mengemukakan bahwa “Manusia hanya akan dapat menjadi
manusia karena dan oleh pendidikan.”
Beberapa ahli menjelaskan pandangan tentang manfaat
pendidikan formal dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
Wijaya (2007 : 2) mengemukakan bahwa jalur pendidikan
formal sangat penting sebagai pedoman dasar-dasar pengetahuan, sikap, mental,
kreativitas dan keinginan untuk maju.
Tirtaraharja (1997 : 1) mengemukakan bahwa:
“Pendidikan itu diharapkan membantu manusia untuk menumbuh kembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya”.
Untuk membangun dan mempertahankan hidup secara layak
keluarga diharapkan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan tanggapan
terhadap informasi-informasi khususnya bagaimana membangun suatu keluarga
sejahtera.
Suatu masyarakat atau bangsa hanya dapat berkembang
dan maju apabila warga masyarakatnya telah memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi untuk melakukan pembangunan dan memberikan hasil yang dinyatakan dalam
pembangunan. Kenyataan di negara-negara maju membuktikan bahwa negara yang
ekonominya kuat dan laju pertumbuhan yang mantap adalah juga negara-negara
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi bagi rata-rata penduduknya. Sebagai
contoh dapat dikemukakan hasil studi Edwar E. Denison, Simanjuntak (Andarias,
1995 : 17) yang menyatakan bahwa 23% dan pertumbuhan pendapatan nasional
Amerika Serikat pada tahun 1929 sampai dengan tahun 1957 merupakan kontribusi
pertambahan kualitas pekerja yang terutama diakibatkan oleh peningkatan
pendidikannya.
Salah satu aspek positif sebagai akibat pengaruh
pendidikan terhadap sumber daya manusia adalah peningkatan mutu kerjanya. Hasil
penelitian Sukmono (Andarias, 1990;12) mengemukakan bahwa pendidikan
mempengaruhi keterampilan. Kaitannya dengan kualitas tenaga kerja dalam
masyarakat dapat dilihat pada besarnya upah/gaji sebagai pencerminan dan
prokduktifitas kerja. Ini membuktikan bahwa pendapatan rata-rata pekerja yang
berpendidikan tinggi lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berpendidikan
rendah.
Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan khususnya
pendidikan formal merupakan investasi besar dalam suatu pembangunan keluarga
sejahtera. Karena melalui pendidikan dapat diciptakan manusia-manusia yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dalam suatu pembangunan.
Untuk itulah pendidikan perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh baik dan
individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Tingkat pendapatan
Salah satu konsep pendapatan yang penting dalam
seluruh ekonomi adalah konsep pendapatan. Dalam hal ini konsep pendapatan yang
biasanya diwujudkan dalam bentuk Gross National Product (GNP) ataupun dalam
bentuk pendapatan perkapita biasanya dijadikan tolak ukur akan keberhasilan
dalam sebuah perekonomian.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
pendapatan maka ada baiknya penulis mengemukakan beberapa ahli, antara lain.
Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1960:16) Memberikan
batasan pendapatan sebagai berikut:”Jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang
mempengaruhi tingkat kehidupan”.
Simanjuntak (1981;21) mengemukakan bahwa pendapatan
yaitu:
“Semua penghasilan yang diterima oleh setiap orang
dalam kegiatan ekonomi pada suatu periode. Pendapatan adalah penghasilan yang
berupa upah atau gaji, bunga, denda, keuntungan, dan suatu arus uang yang
diukur pada suatu periode waktu tertentu”.
Selanjutnya Winardi (1969 : 88) berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan pendapatan adalah :
”Cara normal untuk memperoleh suatu pendapatan terdiri
dari pada tindakan melakukan prestasi ekonomi bernilai dengan perkataan
lain. Dengan jalan menyelenggarakan jasa-jasa atau produksi benda-benda untuk
mana terdapat permintaan yang bertenaga”.
Dari ketiga batasan yang dikemukakan di atas dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa pendapatan diartikan semua barang dan jasa serta uang
diperoleh atau di terima oleh masyarakat dalam satu tahun dan biasanya
diwujudkan dalam skop nasional (National Income) dan adakalanya dalam skop individual
yang lazim disebut pendapatan perkapita (Personal income).
a) Jenis-Jenis Pendapatan
Dengan bertolak pada beberapa batasan pendapatan yang
telah dikemukakan di atas, maka garis besarnya pendapatan dapat dibagi atas dua
jenis yaitu :
1) Pendapatan nasional
Bila pendapatan National dilihat uang muka dapat
disebut produksi nasional (National Product), yakni, seluruh penghasilan yang
diterima golongan masyarakat pemilik faktor-faktor produksi, yakni pemilik
tanah, tenaga kerja, modal dan pemimpin dalam waktu tertentu.
2) Pendapatan
perseorangan
Pendapatan perseorangan (Personal Incom) yakni seluruh
penghasilan yang diterima oleh masing-masing individu dalam kegiatan ekonomi
pada suatu periode tertentu. Yakni selama satu tahun. Personal income dapat
dibedakan menurut nilai yang diterima yakni :
- Pendapatan nominal, yakni pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk sejumlah uang.
- Pendapatan riil (nyata) yakni pendapatan sejumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan pendapatan normal.
- Berdasarkan cara mengkaji, maka pendapatan perseorangan dapat dibagi atas beberapa macam sebagai berikut:
- Pendapatan perseorangan berupa upah, ialah sejumlah uang, barang atau jasa-jasa yang diterima oleh seseorang dalam periode tertentu atas pemakaian tenaga atau pemikiran, terasuk dalam hal ini gaji pegawai negeri/ABRI dan lain-lain.
- Pendapatan perseorangan berupa pendapatan modal, ialah pendapatan seseorang dan pemilik modal misalnya orang yang membeli surat-surat berharga, uang menyimpan di bank akan menerima pendapatan berupa bunga dan seterusnya. Yang kesemuanya itu mencerminkan bahwa semakin besar modal yang dimiliki seseorang makan akan semakin besar pula kesempatannya untuk memperoleh penghasilan yang benar.
- Pendapatan pengusaha berupa pendapatan yang diterima pengusaha. Pendapatan ini sering kali merupakan kumpulan dan beberapa pendapatan misalnya upah pengusaha + pendapatan modal + keuntungan + upah menanggung resiko dan lain-lain.
- Pendapatan tani berupa pendapatan yang diperoleh karena penggarapan tanah. Pendapatan tanah yang juga dapat terdiri dari kumpulan berbagai pendapatan misalnya upah tenaga kerja, modal, resiko petani, dan pendapatan lebih dari perbedaan letak kesuburan tanah.
Berdasarkan kedua jenis pendapatan yang telah
dikemukakan, maka dalam penelitian ini jenis pendapatan yang digunakan adalah
pendapatan perseorangan atau lazim disebut pendapatan perkapita (personal
income).
b) Pendapatan orang tua
Tingkat pendapatan orang tua erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus dipenuhi kebutuhan
pokoknya. Misalnya makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, dan lain-lain, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan,
alat tulis menulis, buku-buku, dan lain-lain sebagainya. Adanya fasilitas
belajar tersebut, akan memungkinkan anak untuk belajar dengan baik. Namun semua
kebutuhan akan fasilitas belajar tersebut baru akan terpenuhi dengan baik bila
ekonomi keluarga memadai.
Untuk belajar anak memerlukan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan, misalnya membayar uang SPP, alat tulis menulis, pakaian
sekolah, buku-buku literatur, uang transportasi dan lain-lainnya demikian pula
ketenangan, keamanan, kesehatan baik jasmani maupun rohani.
Bagi keluarga yang tergolong pendapatannya rendah
tentunya sulit baginya untuk menyediakan sarana belajar minimal harus dipenuhi
dengan baik. Mungkin tempat belajarnya tidak ada, kalaupun ada tidak memenuhi
persyaratan hanya merupakan tempat belajar yang sederhana.
Anies (1979 ; 37) mengemukakan tentang pendapat dan
tempat belajar yaitu :
“Kemerosotan belajar di sekolah atau kesulitan belajar
dipengaruhi pula oleh kemorosotan sosial ekonomi orang tua, ada tidaknya
tempat belajar sendiri, banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah dan fasilitas-fasilitas lainnya ”.
Juga demikian secara psikologi akan menimbulkan
kekecewaan. Anak menjadi kecewa karena memerlukan peralatan belajar tetapi
tidak terpenuhi, akhirnya semangat untuk belajar yang tadinya besar dapat
menurun kembali. Dengan demikian faktor sosial ekonomi dalam hal ini
tingkat pendapatan orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
3) Jumlah tanggungan
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap belajar
anak adalah jumlah tanggungan orang tua siswa. Jika orang tua siswa memiliki
latar belakang sosial ekonomi yang cukup maka akan terpenuhi segala
kebutuhan, tetapi sebaliknya jika tidak maka hanya sebagian saja yang mampu
dipenuhi oleh orang tua.
Slameto menjelaskan bahwa keadaan ekonomi keluarga
erat hubungannya dengan belajar anak. Anak sedang belajar selain harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan
dan lain-lain juga kebutuhan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja,
kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas
belajar ini hanya dapat terpenuhi jika mempunyai cukup uang. Jika siswa hidup
dalam keluarga yang miskin maka kebutuhan siswa akan kurang terpenuhi akibatnya
kesehatan siswa akan terganggu sehingga akan berdampak pada belajar siswa yang
juga akan terganggu.
Sardiman (1998) mengemukakan sehubungan dengan
pemenuhan kebutuhan sebagai berikut :
“ Pemenuhan kebutuhan siswa di samping bertujuan untuk
memberikan materi kegiatan secepat mungkin, juga materi pelajaran yang sudah
diselesaikan dengan kebutuhan biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian
maka akan lebih membantu pelaksanaan proses belajar mengajar. Adapun yang
menjadi kebutuhan jasmanilah adalah seperti makan, minum, tidur, pakaian, dan
lain-lain.”
Keadaan ekonomi yang memadai dapat diukur dengan
tingkat pendapatan orang tua, jumlah keluarga, dan besarnya beban tanggung
jawab biaya yang dikeluarkan untuk masa waktu tertentu. Kemampuan orang tua
siswa secara positif dapat mendukung kemampuan belajar siswa sebagai peserta
didik yang dilihat dan peningkatan prestasi belajar atau minimal mampu berada
pada standar nilai prestasi yang cukup membanggakan.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kesimpulan-kesimpulan
yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.Lingkungan
keluarga dan ekonomi sosial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan prestasi belajar siswa di sekolah, karena keluarga merupakan
pendidikan sebagai pondasi bagi perkembangan siswa selanjutnya. Selain itu juga
siswa banyak menghabiskan waktunya di rumah bersama keluarga. Dengan demikian
baik buruknya kondisi lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
2.Disamping
itu bimbingan dan penyuluhan juga memiliki peran penting dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yaitu membantu siswa agar dapat memecahkan
masalah-masalah belajar. Masalah-masalah belajar secara terinci yang kerap kali
di alami siswa antara lain kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajara, guru
tata tertib, lingkungan sekolah, dan sebagainya.
3.Agar tujuan
bimbingan dan penyuluhan dapat tercapai maka harus ada kerjasama yang baik anatara pihak sekolah, orang tua dan
siswa itu sendiri.
3.2. SARAN
Perkembangan
dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem
pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak
semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan
meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan
semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat
dalam segala bidang di dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. Enre. 1988. Pokok-Pokok Layanan
Bimbingan Belajar. Ujung Pandang; FIP IKIP Ujung Pandang.
Anies, 1979. Tidak Bodoh Tapi Tinggal Mengapa? Majalah
Psikologi Popular “ANDA”
A. Tabrani Rusyan dkk, 1998. Pendekatan dalam
Belajar Mengajar. Tarsita : Bandung.
Cece, Wijaya. 2007. Pendidikan Remedial.
Bandung; Remaja Rosda karya.
Usman, 1990. Menjadi Guru Profesional. PT.
Remaja : Rasdakarya : Bandung.
Gulo. W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta
Habeyb, B. 1991. Kamus Populer. Jakarta;
Centra.
Hakim. Thursam. 2002. Belajar secara Efektif: Puspaswara.
Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.
Bandung; Bumi Aksara.
Hasan. 2002. HubunganTingkat pendidikan dan
Pendapatan Dengan Partisipasi Orang Tua dalam pengelolaan Pendidikan Dimadrasah
Tsanawiyah dengan Prestasi. Tesis. Makassar; PPs UNM.
Iman Sugema. 2008. Indonesia Dalam Era Globalisasi.
Jakarta; Fakultas Ekonomi UI.
Nana Sudjana, 1989. Metode Statistik. Tarsita
Bandung.
Roestiyah, N.K, 1986. Didaktik metodik. Jakarta
: PT. Bina Aksara.
Sahabuddin, 2007. Mengajar dan Belajar Dua Aspek
Dari Proses Yang Disebut Pendidikan. Makassar; Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar.
Sardiman, AM, 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta : Raya Grafindo Persada.
Simanjuntak & Adarias, 1995. Pendapatan
Perkapita Nasional. Jakarata; Fakultas Ekonomi UI.
Simanjuntak, 1981. Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia. Jakarta; Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor yang
Mempengaruhinya. Rineka Cipta : Jakarta.
Sudjana. Nana. 1996. Metode Statistik. Tarsito,
Bandung.
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta :
PT.Rineka Cipta.
Sugiyono, 2004. Statistika untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Sumitro, Djojohadikusumo, 1960. Ekonomi Dalam
Bidang Pendapatan. Jakarta; Centre.
Winardi, 1969. Proses Ekonomi. Bandung; Tarsito
Tirtaharja, Umar, 1997. Pengantar Pendidikan. Makassar;
FKIP Universitas Negeri Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar